Tips agar irit BBM pada mobil Truk

Semua orang pasti mau mobil/ Truknya dapat irit konsumsi BBMnya, karena tiap tahun harga BBm terus naik. Konsumsi BBM yang irit bisa mmenekan cost yang signifikan jika kita bisa melakukannya. Karena BBm adalah cost rutintiap hari, apalagi di kota besar seperti Jakarta, Bekasi, tangerang, dll yang sudah akrab dengan kemacetan jalann. Kemacetan inilah yang makin memmperparah konsumsi BBM mennjadi boros tak efisien. Penggunaan bahan bakar yang irit pada kendaraan merupakan hal yang penting, termasuk pada truk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakarnya.

Yang paling utama adalah faktor dari pengemudi atau sopir kendaraan itu sendiri. Artinya, cara mengemudikan kendaraan turut menjadi faktor yang pengaruhi konsumsi bahan bakar.

“Kecepatan truk tidak terlalu tinggi karena membawa efek pemakaian bahan bakar berbeda. Kita sarankan kecepatannya 60 sampai 70 km/jam, lalu rpm kita jaga juga supaya putaran tetap rendah,” ujar Divisi Head Technical PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Rodko Purba, di JCC Senayan, akhir pekan kemarin.

Menurutnya, penggunaan gigi transmisi yang lebih tinggi di kendaraan itu lebih irit ketimbang yang lebih rendah.

“Biasanya ada tabel penggunaan gigi di pintu itu, gigi satu, 1-20 km/jam mesti ganti gitu ya, gigi ke satu 10 sampai berapa km/jam, itu ada tabelnya. Jadi diusahakan tapi biasanya ada irisannya. Dan kita anjurkan supaya makai gigi yang lebih tinggi daripada gigi dua ke gigi satu, gigi tiga lebih irit dari gigi dua,” tutur Rodko.

Lalu konsumsi bahan bakar juga dipengaruhi oleh jenis dan usia dari kendaraan itu sendiri.

“Spek sendiri seperti apa. Usia kendaraan tentunya yang usianya baru dengan yang sudah 10 tahun berbeda karena ada sparepart yang sudah aus atau sebagainya,” kata Rodko.

Bukan hanya dari segi cara mengemudi dan kendaraannya, jenis usaha, beban yang ditampung, serta jalan yang dilalui, juga menjadi beberapa faktor yang pengaruhi konsumsi bahan bakar.

“Jenis usahanya tentunya yang logistik yang sering di jalan tol dan tidak mungkin berbeda, jadi kita nggak bisa, berapa sih konsumsi bahan bakarnya kita nggak bisa disamakan yang lewat jalan tol sama yang sering kena macet tentu berbeda sekali,” tutur Rodko.

“Terus tonase muatan ya mungkin kalau bawanya sesuai GVW (gross vehicle weight) gitu ya 26 ton, dibawa itu berbeda jika dia overlaload, misalnya sampai 35 ton. Jadi nggak bisa disamakan. Terus juga rute perjalanan sangat mempengaruhi,” kata Rodko.

Yang terakhir tentu dari segi perawatannya. Jika banyak bagian-bagian yang jarang dirawat atau dibersihkan, otomatis konsumsi bahan bakarnya juga akan boros.

“Kayak filter udaranya jarang dibersihkan, asapnya juga ngebul, sehingga nanti kayak timbul kerak gitu,” tambah Rudko.

Faktor-faktor tersebut, lanjut Rudko mengatakan, bukan hanya untuk kendaraan pengangkut saja, namun bisa juga berlaku untuk kendaraan konvensional.

“Saya juga kan sehari-hari pakai mobil konvensional, saya terapkan, ya mirip-mirip lah,” pungkasnya.

 

Sumber : oto detik

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.